Mukaddimah

Minggu, 01 Maret 2009

Cerpen Anak Bangsa 2

Bayang-Bayang Cinta

“Huh.....!” desahku, kurebahkan diriku di atas kasur empuk. Aku begitu capek. “Huah...!” aku menguap untuk yang entah berapa kalinya. Kupejamkan mataku, depp! Sosok itu kembali muncul diangan-anganku dan menjadi penghantar tidurku.

Sosok itu, sosok yang tak seharusnya hadir, sosok yang tak boleh aku pikirkan. Aku takut, aku takut sekali. Mengapa Tuhan, mengapa Kau pertemukan kembali aku dan dia. Perotes hatiku.

Dia, dia yang dulunya sangat kucintai, dia yang dulunya mengisi bunga-bunga cinta di hatiku. Dia cinta pertamaku.

Kupandang foto pernikahanku, yang bertengker dengan manis, menghiasi sisi tempat tidurku. Terlihat betapa mesranya kami di foto ini. Oh Tuhan mengapa Kau uji cintaku?

Tiba-tiba. Dep...! Foto itu, foto itu berubah! ”Tidak...! tidak mungkin!” teriaku dan “Tar.....!” foto itu terjatuh dari tanganku.

Aku menangis sejadi-jadinya. Kuberharap air mata bisa mengurangi tekanan di hatiku. Masalah ini begitu sulit bagiku. Sulit! Sulit sekali!

“Oh...! Tuhan hilangkan banyangan itu, musnahkan sosok itu!” amukku.

Tuhan hanya Kaulah yang tahu, hanya Kaulah tuhan! Tuhan betapa aku sangat mencintainya, betapa aku masih mencintainya. Rasa ini terlalu kuat, persaan ini terlalu dalam, Tuhan aku mencintainya. Hatiku mulai berkata-kata membenarkan perasaan yang selama ini aku ingkari, perasaan yang selama ini ingin aku musnahkan.

Gak boleh....! Gak boleh! Aku ini seorang isteri, aku sudah punya suami! Mas Ri, Mas Ri aku mencintaimu, aku harus ingat itu. Kata bagian hatiku yang lain, mencoba menyadarkan diriku yang mulai melemah terhadap permainan hati.

Kembaliku pejamkan mata ini, ku perintahkan otakku untuk melukiskan wajah Mas Ri, wajah yang selalu tersenyum dan penuh semangat, wajahnya yang penuh cinta dan kelembutan.

“Mas Ri.....!, Masku.”

Dup....! Tiba-tiba! Ketika aku mulai kendur mengontrol otakku, ketika aku mulai melemah. Sosok itu, banyangan itu menyusup kembali. “Aku capek! Aku lelah!” aku mulai meringis.

Duh, otaku, hatiku, tolong dong mengerti, Roni itu temanku, dari dulu sampai sekarang. Dari ketemu, berpisah dan sekarang kami ketemu lagi. Dia itu temanku, kalau pun ada cinta, itu masa lalu, dan Mas Ri masa depan. Aku membuat perintah ke otakku, tolong dong otakku, delet file Roni dari seluruh sisi tubuhku, please!

“Mas Ri....., Mas Ri......, Mas Ri.....!” mulutku berkata, terus menerus mengulang-ulang kata itu. “Mas Ri, Mas Ri....., I love you. Mas Ri aku mencintaimu.” Mataku mulai terpejam tetapi mulutku terus saja berucap melafalkan nama itu, menasbihkan kalimat cintaku.

“Aku juga cinta padamu!” seseorang membisikan di telingaku.

Aku terbangun.

“Aku juga mencintaimu,” Kalimat itu di ulangi lagi, “Kamu kenapa sayang?” tanyanya sambil membelai rambutku.

“Mas Ri aku mencintaimu!” Jawabku. Aku memeluknya kuat, menciumi wajahnya dan air mata ini mengalir begitu saja.

Tentu saja hal ini membuat Mas Ri heran “Aku juga kok, cinta sama kamu, jangan nangis dong!” Ledeknya. “Hmmm...!, tapi kalau cinta kok, kok fotonya di berantakin gini?”

“Tapi aku benar-benar cinta sama Mas!” Aku mulai manja

“Ih, aku juga kok! Jawabnya sambil mencubit pipiku.


=//=//=//=//=//=//=//=//=


Author: Noni Lara Sestia S.Psi